Selamat Datang dan Terima Kasih Telah Berkunjung di Blog Rekam Jejak Kawula, berisikan muatan kisah dan gagasan dari pribadi saya, Makmun Aryadi
  • Launching Majalah SHIMA Edisi XI, Juni 2012
  • Launching Majalah SHIMA Edisi XI, Juni 2012
  • Launching secara simbolik Majalah SHIMA Edisi XI, Juni 2012 oleh Mayadina Rahma Mushfiroh, S.Hi., MA. (Pembantu Dekan III)dengan Makmun Aryadi(Pimpinan Umum Bursa 2011-2012)
  • Institut Islam Nahdlatul Ulama (INISNU) adalah kampus tertua di Jepara. Berdiri sejak 1989 M
  • Makmun Aryadi
  • Ngobrol bersama Hubeb Muhajir (PU LPM Paradigma Kudus 2011-2012 dan M. Iqbal Arifin)
  • Berjabat tangan dengan Dedi Merisa, S.Hi, Pimpinan Redaksi LPM Bursa 2006-2007
  • ngobrol dengan Hasyim, S.Pd (Kaur DISNAKERTRANS Jepara)
  • Berjabat tangan dengan M. Ali Burhan (PU LPM Bursa 2006-2008)
  • Launching SHIMA Edisi X, Januari 2012 secara simbolik oleh Drs. KH. A. Bahrowi, TM., M.Ag
  • Di sela-sela kepadatan Lay out, santai dulu
  • Potong Tumpeng sebagai simbol di launchingnya SHIMA Edisi X, Januari 2012
  • Menengadah, yakin bahwa sukses itu pasti datang

Senin, 24 Desember 2012

Kuatkan Spiritual Melalui Pelatihan Basis Aswaja

Kembang- Setelah beberapa kali pertemuan, FKPT (Forum Komisariat Pantura Timur) Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia memupuk spiritual para kadernya dengan mengadakan Pelatihan Basis.

Nur Sahrul, Ketua Panitia memberikan sambutan dalam Pelatihan Basis Aswaja, di Kembang, Jepara kemarin.

FKPT yang merupakan sebuah forum koordinasi pengurus komisariat-komisariat dari 7 kabupaten di wilayah pantai utara Jawa Tengah sebelah timur yang meliputi Jepara, Kudus, Demak, Grobogan, Pati, Rembang dan Blora mengadakan Pelatihan Basis Aswaja sejak kemarin (23/12) di gedung MWC NU Kembang Jepara, sebagai hasil rekomendasi pada pertemuan yang terakhir kali di gedung muslimat NU Tanjung Kudus beberapa bulan yang lalu.

Pelatihan basis ini sedikit berbeda dengan pelatihan-pelatihan basis sebelumnya, kali ini lebih menekankan pada aspek spiritual, yakni ahlus sunnah wal jama’ah (Aswaja) yang merupakan salah satu unsur ideologi yang diusung PMII ini sendiri.

Tidak tanggung-tanggung, pemateri yang dihadirkan dalam pelatihan ini adalah tokoh-tokoh yang punya cappable dalam mengajak para kader PMII lebih memahami Aswaja dalam kerangka pikir dan pengaplikasiannya. Aswaja bukanlah hanya dalam teori belaka, tetapi harus diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Sebagaimana penuturan Nur Sahrul, Ketua Panitia “Pelatihan ini, FKPT adakan sebagai jawaban atas analisa kami terhadap perkembangan karakter kader. Diakui atau tidak, arus globalisasi dan dunia modern semakin menggerus dan meracuni karakter dan perilaku remaja sekarang, tak terkecuali kader PMII disini. Maka dari itu, agenda ini sebagai stabilizer-nya”.

Pelatihan yang mengusung tema “Membumikan Basis Aswaja dengan Dzikir, Fikir dan Amal Shaleh” ini diikuti puluhan peserta delegasi dari kota-kota di pantura timur. Konsep yang ditawarkan FKPT pada pelatihan basis ini merupakan inovasi baru untuk lebih menunjang dan memenuhi kebutuhan kader dan masyarakatnya. Sisi spiritual di kalangan remaja sekarang ini, menjadi hal yang tidak asyik lagi untuk dipelajari, apalagi ditekuni. Kerinduan akan masyarakat yang religius, perilaku yang toleris, sosial yang harmonis menjadi point penting yang harus segera dipenuhi oleh setiap elemen masyarakat yang mengidam-idamkan baldatun thayyibatun.

Membekali para kader dengan pemahaman substansi Aswaja adalah hal mutlak yang harus kami lakukan, sebagai warga pergerakan nahdliyyin juga aktifis kampus, agar kaum muda tidak menjadi budak kapitalis dan borjuis” tambah Nur Sahrul.

Selama 4 hari peserta Pelatihan digembleng dengan rumusan-rumusan ke-aswajaan berikut supremasinya, sebagai bekal mereka mengawal masyarakatnya nanti, masyarakat humanis dan peka terhadap masalah yang muncul di sekitarnya.[]


Penulis        : Makmun Aryadi
                    Koordinator Biro Pers dan Jurnalistik
                    PMII Komisariat Ratu Kalinyamat Jepara

Mobile        : +62 8564 0988 491
Email          : aryoardhi24@gmail.com   

Baca Selengkapnya - Kuatkan Spiritual Melalui Pelatihan Basis Aswaja

Sabtu, 22 Desember 2012

FKPT Ke VI Rumuskan Basis

FKPT Ke VI Rumuskan Basis

Tanjung - Dalam pertemuan FKPT (Forum Komisariat Pantura Timur) Ke VI di Jati Karang Tanjung Kudus kemarin (4-5/11) sebagai lanjutan dari gagasan pada pertemuan di Cepu sebelumnya merumuskan Pelatihan Basis.

Forum Komisariat (FORKOM) Pantura Timur kembali mengadakan pertemuan, tepatnya PMII Komisariat Sunan Kudus STAIN Kudus sebagai tuan rumah penyelenggara. Forum ini semula didirikan bersama sebagai jawaban atas kegelisahan koordinasi komisariat-komisariat di jawa tengah, lebih-lebih  Ex-Karesidenan Pati. Forum ini diharapkan mampu merekatkan hubungan masing-masing komisariat, tukar informasi dan membahas langkah-langkah, mulai dari sistem pengkaderan, internal komisariat sampai pada masalah eksternal.

Dalam acara yang dimulai pukul 20.00-2.00 WIB di Kudus kemarin, setelah di Demak, Blora, Grobogan, Pati dan Cepu, berhasil merumuskan beberapa item kesepakatan bersama, berupa:

1.    Penguatan koordinasi antar Komisariat,
2.    Merekatkan hubungan antar Komisariat di masing-masing kota dan khususnya forum ini,
3.    Merumuskan Pelatihan Basis sebagai hasil rekomendasi dari FORKOM V di Cepu.

Setelah merumuskan beberapa item tersebut, selanjutnya pembahasan difokuskan pada konsepsi pelatihan basis. Dalam forum yang dipimpin sahabat Sidiq (Ketua Komisariat Sunan Kudus)  selaku tuan rumah memilih Jepara sebagai tuan rumah pelatihan kader mu’taqid ini.

“Pelatihan basis yang akan dilaksanakan di Jepara nanti mencoba mengangkat nuansa baru, yakni penguatan pada sisi religiuitas (Aswaja-red) sebagai upaya penguatan spiritual dari masalah klasik yang menjadi kebutuhan kader-kader PMII di pantura timur dan lebih cocok ketika dinamakan Pelatihan Basis ala Pantura Timur (dalam hal ini Jepara - red)” kata Muhlisin Ketua PMII Komisariat Ratu Kalinyamat INISNU Jepara.

“Sebelum ini, pelatihan basis yang diadakan lebih menekankan pada penguatan sisi ideologi seperti yang sering dilaksanakan oleh komisariat-komisariat di cilacap, yogyakarta dan sekitarnya. Maka terkesan aneh pelatihan nanti” tambah Otong – sapaan Muhlisin-.

Terobosan Baru

Sebagai hasil ijtihad, pelatihan yang akan memuat materi-materi Aswaja nanti mencoba menguatkan daya spiritual kita dalam memahami PMII, public, dan sosial kemasyarakatan. Pemateri-pemateri yang akan dihadirkan sebagai pemandu juga minimal lulusan S2 dan berkompenten pada bidang ini. Juga moderator dan pandampingnya – dalam rencana – minimal dari S1. Dari sisi peserta, lulus PKD adalah prioritas dan masing-masing komisariat mengirimkan 5 delegasi.

Hal ini menjadi bukti kesungguh-sungguhan komisariat-komisariat pantura timur dalam mengelola kaderisasinya. Adapun tanggal dan waktunya segera akan diinformasikan menunggu hasil keputusan pada pertemuan ketua-ketua komisariat nanti di Jepara.[ar/sk]
Baca Selengkapnya - FKPT Ke VI Rumuskan Basis

Transaksi Putusan di Peradilan

Transaksi Putusan di Peradilan
Oleh: Makmun Aryadi*

Jepara sebagai Kota Ukir lekat akan dunia furniturnya, ratusan juta bahkan milyaran rupiah beredar setiap harinya di perbankan seluruh Jepara. Hal ini tidak bisa dipungkiri, jika uang adalah orientasi yang mutlak bagi sebagian besar masyarakat kota kura-kura terbesar di dunia ini. Perputaran uang ini sampai pada seluruh aspek dan sendi-sendi kehidupan masyarakat. Bahkan sampai ke wilayah arena peradilan.

Memang sering kali kita terjebak dalam orbit mainstream yang melenakan urat saraf gara-gara hanya masalah perut (uang –pen), semua hal menjadi halal untuk disantap bahkan diwariskan. Sebagai contoh nyata kasus yang diadvokasi oleh PMII Komisariat Ratu Kalinyamat dan BEM Fakultas Syari’ah INISNU Jepara, yakni kasus korban penganiayaan yang dijadikan tersangka dalam dakwaan perkaranya. Pada September – oktober 2012 di Pengadilan Negeri Jepara.

Putusan sidang tersebut akhir tetap memutuskan keringanan bagi tersangka (yang dalam hal ini, sebenarnya adalah korban - pen), walaupun JPU (Jaksa Penuntut Umum) dan 2 Pengacara ngotot memohon hakim agar tersangka dijatuhi hukuman sebesar-besarnya karena telah melanggar pasal 170 KUHP. Akan tetapi majelis hakim mencium sepak terjang dari saksi dan korban (yang dalam hal ini, sebenarnya adalah tersangka - pen) yang melakukan manipulasi data dan bukti. Alhasil tersangka dibebaskan karena tidak terbukti bersalah.

Menurut sumber W (tidak nama sebenarnya - pen), yang sejatinya pelaku telah rela menjual harta benda dan tanah senilai 40 jutaan guna memuluskan niat busuknya itu, kedua pengacara telah disumpal dengan uang tersebut untuk menuntut putusan yang seberat-beratnya. Tapi yang Allah lebih berhak atas semua hal, nyatanya walaupun telah diupayakan dengan transaksi uang, keadilan tetap berpihak pada orang yang tidak bersalah.

Menganalisa contoh  kasus nyata tersebut, kiranya kita sebagai masyarakat lebih-lebih mahasiswa yang katanya “Agent of social change” harus miris dengan nuansa money transactions, persetubuhan oknum peradilan dengan uang. Ini satu contoh kecil dari banyak contoh yang sering kita jumpai di media, banyak pejabat yang bermental korup, memulai karir dengan membayar sejumlah uang, akhir-akhir matanya berubah hijau ketika melihat uang, dan apapun tergadaikan karenanya.

Lahan-lahan basah bukan lagi hanya di area pemerintahan dan dinas-dinas, tetapi merangsek di area-area yang konon mengagungkan kejujuran dan keikhlasan, seperti peradilan dan pusat-pusat pendidikan, sekolah dan kampus pada umumnya. 

Sungguh ironis memang, inilah wajah asli negara ini, negara yang mengelu-elukan gotong-royong dan saling berbagi, tapi dimaknai dengan gotong-royong untuk kesejahteraan kroni atau keluarga dan saling berbagi dengan yang taat pada konsep bejatnya.

Pejabat yang propulis, pengacara yang memegang sumpah kejujurannya, pendidik yang ikhlas dengan pengabdiannya bahkan sampai kyai yang uzlah dan tidak gegabah dengan tawadlu’nya sudah jarang sekali untuk kita jumpai. Jikalau Presiden RI pertama Ir. Soekarno melihat bangsanya sekarang semacam ini, beliau pasti menangis tersedu-sedu, karena bangsa yang dibangun dan diimpikannya dengan pertumpahan darah, menjadi bangsa yang cinta dengan budaya korup dan anti rakyat kecil.[]

*Penulis adalah Mahasiswa semester VII Fakultas Syari’ah INISNU Jepara (kalau diakui) dan sekarang mengabdi sebagai Biro Pers dan Jurnalistik PMII Komisariat Ratu Kalinyamat INISNU Jepara.
Baca Selengkapnya - Transaksi Putusan di Peradilan

Pemimpin Ideal

Ilustrasi Aryo
Melihat trendsetter yang sering ditampilkan di media nasional, tak lekang wajah “ndeso” dan apa adanya muncul sebagai  sosok penyejuk di tengah dahaga rakyat Indonesia merindukan pemimpin yang “Nguwongke Uwong” (menghargai orang tanpa pandang bulu - pen). Pemimpin Ideal yang ditunggu-tunggu semua elemen masyarakat.

Di tengah hiruk pikuk badai korupsi yang menggerogoti bangsa ini, tampillah Joko Widodo yang akrab di sapa Jokowi sebagai contoh pemimpin yang propolis. Ketenarannya tidak lepas dari sepak terjangnya dalam memegang kendali pemerintahan Solo, dan sukses menjadikan Solo sebagai kota ketiga terbersih dari korupsi di dunia. 

Kota yang dulunya terkenal dengan Kota Preman dan PKL (Pedagang Kaki Lima) menjadi kota bebas preman karena gagasan Jokowi mengalokasikan tempat untuk rehabilitasi preman-preman tersebut. Orang Nomor 1 di DKI Jakarta ini juga merubah cara pembersihan PKL dengan cara mendekati mereka dari hati ke hati dan kemudian merapikankannya dengan santun dan merakyat. Dan masih banyak lagi kelebihan yang tidak diendus media, seperti tidak pernah mengambil gaji tunjangan selama menjabat sebagai bupati Solo, luar biasa.

Dari pencitraan yang dibangunnya Jokowi berhasil merebut hati masyarakat ibu kota dengan mengalahkan lawan politiknya di Pemilu DKI. Padahal dia bukan asli orang Jakarta mengalahkan kandidat asli betawi yang dari militer.

Di tengah popularitas Jokowi, muncul nama yang tidak asing bagi masyarakat Indonesia, Dahlan Iskan ketua Mahkamah Konstitusi (MK-RI) berani lantang mengatakan ada sebagian DPR RI yang melakukan transaksi “suap” kepada BUMN, walaupun toh sekarang ini orang yang berawakan tambun ini di jerat pembalikan kasusnya, pemutar balikkan fakta mencoba menerkamnya.

Kita jeda sebentar, ada juga sosok yang seperti keduanya. Bahkan ada yang mengatakan Jokowi mirip dengan orang nomor 1 di USA ini. iya, Barrack Obama presiden Amerika Serikat. Usahanya dalam memperjuangkan kesetaraan ras kulit hitam bersanding dengan kulit putih juga kedamaian dunia menjadi politik tersendiri dalam pencitraannya dan berbuah manis dengan mengalahkan lawan politiknya Mitt Romney pemilihan Presiden Amerika 2012 ini.

Kemunculan Imam Mahdi

Melihat sepak terjang ketiga tokoh dunia ini, saya sedikit tersenyum dan selentingan nakal ini mengatakan mungkin ini rahasia Allah dengan memunculkan tokoh-tokoh yang rendah diri, apa adanya, memperjuangkan rakyat kecil dan jujur di tengah banyak pejabat korup yang selalu haus dengan harta dan jabatan.

Atau inilah tanda dari muncullah imam mahdi, karena Negara ini telah carut marut, orang yang kaya menginjak-injak orang jelata, orang jelata sombang dengan sedikit hartanya, fuqara’ masakin bertebaran di setiap penjuru kota dan desa, walaupun banyak didirikan gedung-gedung BAZ dan sejenisnya.
Kalau saja para pejabat kita seperti mereka, maka niscaya Negara ini akan cepat bangun dari keterpurukkan, Negara yang dipenuhi dengan orang-orang biadap, orang yang rakus akan gemerlapnya duniawi.[]

Baca Selengkapnya - Pemimpin Ideal

Minggu, 02 Desember 2012

The Power of Nekat [Kisah Nyata Penulis]


The Power of Nekat
[Kisah Nyata Penulis]

========================

Aku adalah seorang pemuda dari desa terpencil di pelosok wilayah kabupaten Pati, Desa Sarimulyo Kecamatan Winong tepatnya. Nama lengkapku sejak kecil Makmun Aryadi, dan orang-orang sering memanggilku dengan “Makmun”. Setelah menamatkan sekolah di Madrasah Tsanawiyah Negeri Winong tahun 2001, aku pergi ke Jepara untuk mengaji di pondok pesantren yang dikelola oleh Romo Kyai Abdullah Syafi’i.
========================

Awalnya tidak ada niatan untuk melanjutkan sekolah di SMA apalagi Perguruan Tinggi, sama sekali tidak pernah terpikir dalam anganku. Hari-hari kulalui dengan mengaji kitab kuning di malam hari lalu siangnya berkerja di perusahaan mebel. Bukan menjadi menejer atau staff, melainkan hanyalah menjadi buruh kasar atau orang Jepara lebih mengenalnya dengan “Ngamplas”, gaji yang aku dapatkan dari hasil keringatku sendiri ini sangat jauh dari lebih, tujuh ribu lima ratus rupiah (Rp. 7.500,-), tapi segala puji bagi Allah menjadikan rezeki ini cukup buat kebutuhan sehari-hari.

Siang kerja malam mengaji, begitulah keseharianku di pondok pesantren. Satu tahun berjalan, aku mulai berpikir, “Masak aku Ngamplas terus??”, akhirnya dengan nekat, kuberanikan diri untuk belajar menjadi tukang kayu. setengah tahun kemudian, aku telah bisa seperti layaknya tukang kayu yang lain di Jepara.

Tahun berganti tahun, masa-masa sulit itu selalu nyaman denganku, serba kekurangan dan keterbatasan menjadi menu wajib sarapanku. Empat tahun kemudian tepatnya 2005, perasaanku mulai tumbuh iri melihat anak-anak SMA/MA berlalu lalang di jalan saatku sedang bekerja. Ingin sekali rasanya aku seperti mereka, bersekolah dan memakai seragam. Kadang pikiran nakalku mempertanyakan nasibku yang malang ini, “Kenapa aku tidak mampu untuk bersekolah seperti mereka Ya Tuhan?” “Kenapa aku harus ditakdirkan lahir di tengah-tengah keluarga yang kurang mampu?”, padahal semasa SD dulu aku tidak pernah dapat rangking 3, rangking 2 pun hanya 2 kali, dan selebihnya selalu rangking 1.

Setelah merenung, aku pikir dalam-dalam, menjadi santri saja tidaklah cukup untuk bekal hidup di zaman sekarang ini, aku harus sekolah di sekolah formal, tapi….mana aku mampu untuk membayar biayanya, sedang selama aku hidup di Jepara, tidak pernah ada kiriman uang dari orang tuaku. 

Angin Semilir

Aku tidak ingin larut dengan lamunan yang tak pikir itu hanya sia-sia belaka, lalu aku kembali menjalani aktifitasku seperti biasanya lagi, ngaji dan bekerja. Di tengah asyikku bekerja, tiba-tiba tetangga pondok yang sering ngobrol denganku dating menghampiriku dan memberi informasi yang sangat melegakan perasaanku, iya Paket C (sekolah setara SMA) yang biayanya lebih murah dibanding sekolah formal, biayanya-pun bisa dicicil (diangsur) sesuai kondisi keuangan anak didik. Aku senang sekali waktu itu.

Tapi kenyataannya, realita tidak semulus yang aku harapkan. Romo Kyai tidak memberi izin untukku ikut sekolah Paket C dengan alasan sekolah membuat orang menjadi sombong dan suka menang sendiri apalagi kalau jadi pejabat, pasti rakus akan harta rakyat. Huft.. pupus harapanku. Dengan berat hati aku melepaskan cita-citaku. Sedih memang, tapi aku coba legawa dengan keadaan ini.

Tahun 2006, temanku kembali hadir  dan mengajakku untuk meneruskan mimpiku untuk bersekolah. Akhirnya dengan semangat “45” aku nekat mendaftarkan diri di paket C. sampai pada tahun 2007, ijin yang aku sangat tunggu-tunggu keluar juga, dengan penuh ceria aku menyelesaikan sekolahku, walaupun toh hanya lewat paket C, tidak apa-apalah yang terpenting bagiku, ini sebagai bekalku untuk melanjutkan ke jenjang selanjutnya di perguruan tinggi, walau tidak ada subsidi dari orang tua, kerja sebagai tukang kayu di “Brak” (perusahaan rumahan) aku cukup-cukupkan untuk menyongsong cita-cita.

Tantangan Sebuah Impian

Tahun 2009,  rasa syukur yang mendalam tercurah ketika hasil kelulusan diinformasikan, gambaran ngampus pun semakin kuat menggelitik ruang bawah sadarku. Tepatnya juni 2009 aku mendaftar di salah satu perguruan tinggi swasta di Jepara, kota yang kecil, kaya akan potensi lautnya dan alamnya. Waktu semakin berjalan dan kulaluinya dengan penuh semangat dan pantang putus asa, walaupun kadang waktuku terbagi untuk mencari biaya kuliah dan kebutuhan sehari-hari.

Keseharianku hampir aku habiskan di kampus, akupun masuk dan aktif di beberapa organisasi di kampus, jiwa pergerakan dan jurnalistik menjadi kuliah kedua bagiku, dan akupun menekuninya. Banyak pengalaman berharga yang aku dapatkan, mulai dari pengembangan diri, motivasi untuk berubah, menejerial sebuah institusi, kemampuan leadership sampai pada etos kerja.

Tahun 2010, tepatnya aku sedang berjuang di semester 4 Fakultas Syari’ah, inilah petualangan dan tantangan baru dimulai, aku terpilih menjadi pimpinan di sebuah redaksi kampus, ini hal diluar dugaanku, aku tidak pernah terjun di sebuah redaksi, tetapi teman jurnalis menaruh kepercayaan itu padaku.

Awalnya aku bingung harus berbuat apa, penerbitan majalah adalah target dari redaksiku, waktu 4 bulan bukanlah waktu yang panjang buat orang awam sepertiku untuk menyukseskan penerbitan majalah ini. Disela-sela lelah kami dalam redaksi, “Teh Sosro” (sebelum kita kenal Joy Tea) menjadi menu favorit untuk merefresh otak kami yang lagi sumpek, “seger ya kita minum the sosro, bikin damai rasanya hehhe….”, begitu seloroh kami, dan kebiasaan seperti itu itulah cara khusus kami menyegarkan suasana yang menjenuhkan. Sampai-sampai ada slogan “Jenuh???, teh sosro aja”.

Diawali dengan rapat-rapat redaksi, peliputan, pengumpulan artikel, editing, layout dan terakhir launching majalah. Semua konsep sudah fix, sebagian tugas pun sudah mulai dijalankan, satu yang masih menjadi kendala yang menurut kami ini bukan hal sepele, ya pendanaan. Maklumlah organisasi kampus kami hanya punya saving dana 30% dari total kebutuhan redaksi selama satu periode karena memang kampus kecil, jadi kami harus melakukan kerja ekstra untuk memenuhi kebutuhan itu.

Berjalan 3 bulan, proses redaksi sudah selesai hampir 80%, tinggal layout dan memikirkan biaya penerbitan. Masalah ini coba aku share-kan dengan teman-teman redaksi, tapi bukan solusi yang aku dapat melainkan mereka malah down dengan keadaan ini. Dalam benakku, “Kalau layout bukan hambatan berarti, dan bisa ditangani. Tetapi untuk dana ini yang harus dipecahkan dan sebagai pimpinan umum, ini tanggung jawabku, aku harus menyelesaikan masalah ini”.

Berbagai koneksi coba aku loby, sampai muter-muter ke dinas-dinas juga aku sambangi, tapi malang menyekapku, hampir semua tidak bisa membantu. Aku berpikir keras soal ini, aku berhenti sejenak di halte bis, rencana awal ingin melepas lelah biar tidak penat. Aku amati sekelilingku, “kayaknya aku liat sesuatu di sebuah toserba, itu apa ya, the sosro atau bukan?” pikirku. Kemudian aku dekati, aku Tanya sama penjualnya, “ini minuman apa ya bu?”, penjual menjawab, “ow itu Joy Tea, produk baru dari Sosro”. Batinku penasaran, dan ragu bahwa itu produk baru sosro, aku beli, aku amati benar tidak ini dari sosro, dan ternyata ini memang dari sosro seketika itu juga langsung aku tenggak minuman botol ini, “woow, luar biasa, bener2 sriwinggg (seger) rasanya, pas banget dengan keywordnya”Tenangkan Diri dengan Joytea”” dalam benakku.  

Sehabis minum Joy Tea aku punya ide menyelesaikan sisi pendanaan, akhirnya dengan memusatkan tekad dan kerelaan “okelah aku gadaikan motor kesayanganku (hasil kerja kerasku) ini, biar uangnya digunakan untuk biaya penerbitan”. Pikirku, ini tanggung jawab yang aku pikul, aku jugalah yang harus menyelesaikannya, walaupun akulah yang menjadi korban, tidak masalah. Ini urusan sosial jadi  apapun yang aku lakukan bukanlah menjadi sebuah hutang.

Dengan nekat, aku bergegas mendatangi temanku untuk menggadaikan motorku enam bulan, dia setuju, bahagia rasanya, seneng banget tiada terkira. Langsung aku cek ke bagian layouter-nya. “Gimana sob, layout majalahnya udah siap terbit?”, dia jawab, “sudah siap bos, lha trus gimana dananya?”, aku jawab, “sukses sob, oke gak masalah dan udah siap”.

Langsung saja kita meluncur ke percetakan, negosiasi harga dan deal. Tiga hari kita menuggu sesuai kesepakatan, handphoneku bordering, “halo, ini majalahnya sudah jadi, diambil kapan?”, jawabku dengan mantap, “sekarang bos”. Karena konsep sudah matang, keesokan harinya kita Launching majalah kita edisi terbaru, majalah yang penuh arti, penuh perjuangan.

Pasca launching, banyak apresiasi positif dari berbagai pihak, kata mereka “selamat ya, ini bagus sekali, kamu memang luar biasa mampu menerbitkan ini, sebelum-sebelumnya tidak sebagus majalah ini, saya rasa inilah era keemasan redaksi ini dimulai”. Aku tersenyum simpul mendengarnya, terima kasih Tuhan, ternyata benar “Banyak jalan menuju Roma”. 

“Keberhasilan impian besar kita, itu tergantung dari seberapa ulet kita memunguti hal yang terkecil, karena hal yang kecil itu seringkali kita lupakan”.

Dari pengalaman ini, aku banyak mendulang pelajaran, “Dalam hidup, kita butuh perjuangan (apapun itu), tak ada hal yang tak mungkin selama kita yakin dan berusaha“. Terkadang nekat juga menjadi senjata ampuh disaat kita terpuruk, maka bersabarlah dan selalu berusaha. Semoga dari pengalamanku ini, banyak nilai positif yang pembaca ambil, juga sebagai motivasi kita dalam memulai suatu hal, lebih-lebih sesuatu yang hamper-hampir mustahil, tapi percayalah…!!


*************************
Penulis sekaligus Pelaku:
MAKMUN ARYADI
Email : aryoardhi24@gmail.com
Fb: facebook.com/aryo.pohan
Twitter: @JhondPohan

Baca Selengkapnya - The Power of Nekat [Kisah Nyata Penulis]

Sabtu, 10 November 2012

BTA kembali menjadi pilihan favorit KKN

BTA kembali menjadi pilihan favorit KKN
Oleh: Makmun Aryadi*

Baca Tulis Al-Qur’an atau lazim dikenal dengan sebutan BTA, dulunya adalah program pemerintah pusat dan daerah dalam rangka pemberantasan buta aksara huruf hija’iyyah yang dimanfa’atkan secara maksimal oleh berbagai perguruan tinggi yang dikemas dalam Kuliah Kerja Nyata (KKN), karena perguruan tinggi-lah yang dirasa paling tepat menjalankan program ini.

Program BTA ini berakhir pada tahun 2010, di tahun itu juga aliran dana dari pemerintah bagi masing-masing perguruan tinggi selesai sampai disitu. Akan tetapi beberapa perguruan tinggi masih menganggap BTA masih dibutuhkan oleh masyarakat, alhasil sampai sekarang masih berkutat pada pemenuhan membaca dan menulis huruf hija’iyyah. Padahal masyarakat, khususnya di Jepara, sekarang ini lebih membutuhkan adanya sistem atau kinerja guna mengembangkan pendidikan yang sudah ada, baik itu pendidikan umum ataupun agama.

Kiranya ini menjadi perhatian bersama lebih-lebih pihak birokrasi kampus yang membidangi penelitian, baik untuk KKN maupun produk institusi perguruan tinggi ini. Sayogjanya sebelum kebijakan tentang tujuan KKN itu diputuskan, balai penelitian kampus jauh-jauh hari harus melakukan survei lapangan terlebih dahulu, hal ini untuk menghindari kesia-siaan KKN yang salah target.

Di tahun 2011, problematika yang muncul ditengah-tengah proses KKN berlangsung, sebagian besar respondent learning (responden pembelajaran) sudah bisa baca al-qur’an bahkan sudah mengajarkannya di mushala-mushala. Hal ini haruslah menjadi refleksi dan evaluasi untuk tahun ini. Akan tetapi pada KKN tahun 2012 ini Fakultas Tarbiyah INISNU Jepara masih mengusung tema BTA atau lebih tepatnya ”Pemberdayaan Masyarakat Melalui Peningkatan BTA”.

Inovasi Baru

Fakultas Syari’ah melalui kinerja Dekanat yang baru mulai memberanikan diri untuk melakukan gebrakan dengan target KKN tahun 2012 ini. Dengan beberapa kali refleksi dan evaluasi dari tahun ke tahun, KKN bagi fakultas yang mempunyai program studi Hukum Perdata Islam ini mengusung tema ”Penyuluhan Hukum dan Menejemen Kemasjidan di Kabupaten Jepara”.

Hal ini di satu sisi menjadi sebuah jawaban atas tuntutan mahasiswa Fakultas Syari’ah yang mengidam-idamkan format KKN sesuai dengan jurusannya. Di satu sisi lainnya, ini bisa dimaknai dengan sebuah kebimbangan dari Dekanat Syari’ah ini sendiri. Kebimbangan itu terlihat pada tema yang diusung, benar penyuluhan hukum, akan tetapi lucu ketika dipadukan dengan menejemen kemasjidan. Jadinya menurut hemat penulis, tidak terjadi sinkronisasi antara dua hal tersebut.

Menejemen kemasjidan bukan harapan daripada mahasiswa atau masyarakat ini sendiri, mereka lebih ingin mengabdikan dirinya pada sisi-sisi hukum keperdataan yang memang sesuai dengan jurusannya. Sebagai contoh masalah-masalah cerai gugat yang masih berlindung di ketiak broker-broker peradilan, banyaknya nikah siri, harta gono-gini sampai pada sengketa tanah dan masih banyak lagi.

Inovasi Multitafsir

Setelah Fakultas Tarbiyah dan Syari’ah, kita melihat sejenak Fakultas dakwah yang sampai hari ini belum menentukan usungan temanya. Hal ini menimbulkan banyak tafsiran dikalangan mahasiswa dakwah ini sendiri. Tema apa yang akan menjadi kebijakan birokrasi nantinya, apa BTA? Karena mungkin masih menyakini suksesnya (katanya sih- pen) KKN tahun 2011 atau mencetuskan kebijakan KKN dengan sesuai jurusannya. Ini masih menjadi kejutan padahal KKN mulai diselenggarakan bersama tanggal 17 Januari sampai 25 Februari 2013.

Mahasiswa mempunyai tanggung jawab yang sama, yakni mengabdikan dirinya bagi masyarakatnya. Tetapi itupun sayogjanya sesuai dengan jurusan masing-masing bukan menuruti kebijakan yang berstandar pada jurusan mayoritas mahasiswa. Inilah saatnya INISNU Jepara mulai berbenah dan menata institusi bukan terlena dengan hasil yang terlihat saat ini atau ”Tawadlu’” pada oknum yang mencari kenyamanan pribadi.

*Penulis adalah mahasiswa INISNU Jepara fakultas syari'ah semester VII
Baca Selengkapnya - BTA kembali menjadi pilihan favorit KKN

Jumat, 26 Oktober 2012

Tahu kah Kau??



Tahu kah Kau??

Ku temukanmu dalam ketenangan jiwaku
Dalam kesadaran mata batinku..
Dalam refresh pikiranku,
Jadi aku sadar mengenaimu...

Hari demi hari kita lalui bersama..
Waktu demi waktu, kita habiskan tuk tumbuhkan asa
Ku mengertimu, dengan ketulusan
Ku menyayangimu dengan keikhlasan

Kau yakinkan aku tuk memilihmu
Kau tanamkan confident tuk memegang harapmu
Kau temaniku dalam kosongku
Kau teguhkan aku dalam bimbangku

Tapi,...

Kini kau didera bimbang
kau terselimuti gayang
tanpa kau mau ungkap ke aku seorang
tanpa kau jadikan aku periang...

Aku disini memikirkanmu,
Aku disini gelisah tanpamu
Aku disini ....ada untukmu.

Karya Makmun Aryadi
Baca Selengkapnya - Tahu kah Kau??

Sabtu, 22 September 2012

Keberhasilan Membutuhkan Waktu


KATA BIJAK,

"Keberhasilan Membutuhkan Waktu, dan Sesuatu yang instan tidaklah bertahan lama...."

Rasionalisasinya,

Kesuksesan tidak semudah kita membalikkan telapak tangan, harus melewati jutaan rintangan dan cobaan, maka ketika hal tersebut (kesuksesan- pen) didapat dengan jalan yang instan, maka jangan heran ketika ia juga cepat berlalu....

Oleh Makmun Aryadi
Baca Selengkapnya - Keberhasilan Membutuhkan Waktu

Senin, 17 September 2012

Zakat Dan Pajak, Bagai Dua Sisi Mata Uang

Zakat Dan Pajak, Bagai Dua Sisi Mata Uang
Oleh: Makmun Aryadi [1]

Pajak atau dalam bahasa arabnya addaribah, dengan kata dasar daraba mempunyai arti utang, pajak tanah atau upeti dan sebagainya yang harus dibayar; sesuatu yang menjadi beban [2]. Adalah kewajiban yang harus dibayar oleh wajib pajak kepada negara sesuai dengan ketentuan, tanpa adanya imbalan balik atau prestasi dari Negara. Harta hasil pengumpulan pajak -seperti yang telah kita ketahui bersama- digunakan untuk kepentingan umum seperti aspek ekonomi, sosial, politik dan tujuan-tujuan lain yang ingin dicapai oleh kesejahteraan suatu Negara. Jadi barang siapa tidak mematuhinya akan dikenakan sanksi hokum sebagaimana mestinya.

Pajak diwajibkan kepada semua orang sesuai dengan ketentuan wajib setor. Pemerintah mempunyai kewenangan untuk menetapkan atau bahkan menghapuskan kebijakan-kebijakan atas pajak yang semua itu sesuai dengan kebutuhan.

Dalam bahasa Indonesia, pajak diartikan sebagai pungutan wajib dalam bentuk uang yang harus . dibayar oleh penduduk sebagai sumbangan wajib kepada Negara atau pemerintah sehubungan dengan pendapatan, pemilikan, harga beli barang dan sebagainya [3]. Dalam hal ini pajak dibagi menjadi dua, yakni pajak langsung dan pajak tidak langsung [4].

Secara substantifnya, pajak dibagi menjadi beberapa macam, diantaranya pajak modal, pajak perseroan, pajak perponding atau pajak bumi bangunan, pajak pendapatan, pajak penjualan dan pajak transit atau retribusi [5].

Pajak dalam Pemerintahan Islam

Dalam pemerintahan islam, pajak merupakan salah satu sumber penting pendapatan Negara disamping sumber lainnya. Pada masa awal islam, sumber pendapatan Negara adalah zakat, baik itu zakat maal ataupun zakat fitrah. Tetapi dalam hal ini yang dimaksudkan dengan zakat sebagai sumber pendapatan Negara adalah zakat maal. Zakat yang merupakan sumber keuangan Negara yang paling penting yang diwajibkan kepada muslim yang telah memiliki kekayaan dengan jumlah tertentu (nisab) [6].

Disamping zakat, sumber keuangan Negara lainnya adalah Jizyah (pajak perlindungan), Kharaj (pajak hasil bumi), Ghanimah (harta rampasan perang), Rikaz (pajak pertambangan dan harta karun), Bea Cukai dan pungutan-pungutan lainnya.

Pada masa selanjutnya, sumber keuangan pemerintahan islam, selain yang disebutkan diatas, juga diambil dari beberapa sumber, diantaranya pajak kekayaan, pajak pendapatan, pajak kepala dan pajak pemakaian (rumah tangga) [7]. Dengan demikian jelaslah bahwa setiap warga Negara yang muslim dibebani kewajiban zakat dan pajak oleh Negara.

Pandangan Fuqaha’

Amir Syarifuddin [8] menyatakan bahwa, fuqaha’ sepakat bila terjadi kebutuhan yang mendesak dalam masyarakat yang wajib dipenuhi secara bersamaan, sedangkan kebutuhan tersebut tidak dapat dipenuhi dengan zakat semata, maka wajib mengeluarkan harta (pajak-pen) untuk kepentingan tersebut.

Hal yang demikian selaras dengan firman Allah SWT;


Artinya:

“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi Sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. mereka Itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka Itulah orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al Baqarah; 177) [9]

Menurut Al Imam Al Qurtubi [10], ayat ini menunjukkan adanya kewajiban lain disamping zakat. Pendapat ini diperkuat lagi dengan adanya hadits Nabi SAW dari Fatimah yang berbunyi: “Dalam harta seseorang terdapat hak selain zakat” (HR. Daruqutni).

Argumentasi diatas menunjukkan bahwa pajak yang secara makro dan zakat yang secara mikro dalam pribadi muslim merupakan dua kwajiban yang harus dilaksanakan sesuai dengan syarat dan ketentuan yang berlaku, ibarat keping mata uang, pajak dan zakat bagai dua sisi yang tak bisa dipisahkan.

---------------------------------
Endnote:
  1. Mahasiswa Semester VII Program Studi Al-Ahwal As-Sahshiyyah (Hukum Perdata Islam), Fakultas Syari’ah, INISNU Jepara, Jawa Tengah, Indonesia. Dan Pimpinan Umum LPM Bursa Fakultas Syari’ah INISNU Jepara Periode 2011-2012
  2. Abdul Aziz Dahlan [ed], Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta; PT Ichtiar Baru Van Hoeve, Cet. IV, Hal. 1364
  3. Ibid, Hal. 1365
  4. Pajak langsung adalah pajak yang dibebankan secara langsung kepada wajib pajak, seperti pajak pendapatan, pajak kekayaan dan lain-lain. Sedangkan pajak tidak langsung adalah pajak yang secara tidak langsung dikenakan kepada wajib pajak, seperti pajak cukai tembakau dan sebagainya.
  5. Selengkapnya baca Op.Cit, Abdul Aziz Dahlan [ed],  Hal. 1365
  6. Ibid, Hal. 1365
  7. Ibid
  8. Amir Syarifuddin adalah Guru Besar Hukum Islam IAIN Imam Bonjol Padang, Sumatera Barat, Indonesia
  9. Alqur’an dan Terjemah
  10. Al Imam Al Qurtubi Seorang Ahli Tafsir, juga salah satu ulama ahli nahwu yang hidup setelah tahun 300 H di Andalusia dan Maghribi. Baca selengkapnya Al Kafiy Fi Ma’rifati Aimmatil Lughati Wan Nahwi Wash Sharfi karya Muhammad Fahruddin, Jepara; t.p., Hal. 78 
---------------------------------
Daftar Pustaka:
  • Alqur’an dan Terjemah.
  • Dahlan, Abdul Aziz [ed], Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta; PT Ichtiar Baru Van Hoeve, Cet. IV, 2000.
  • Fahruddin, Muhammad, Al Kafiy Fi Ma’rifati Aimmatil Lughati Wan Nahwi Wash Sharfi, Jepara; t.p., t.th.
Baca Selengkapnya - Zakat Dan Pajak, Bagai Dua Sisi Mata Uang

Karya Dalam Hidup

Kata Bijak,
 
"Keharusan Bagiku, Hidup Berkarya atau Mati Sia-Sia"


Rasionalisasi-nya:

Karya adalah suatu imaginering dari apa yang ada dalam relung angan kita, kemauan keras kita yang kemudian tuangkan dalam sketsa realita kita. Bagi saya, kehidupan sangat-lah singkat, ketika kita tidak menghiasinya dengan karya-karya dari gagasan cerdas kita, maka seluruh kehidupan ini akan sia-sia belaka, lalu seolah-olah menjadi bangkai yang berjalan. maka berkarya-lah kawan selagi nafas ini ada.....pasti ada jalan menjemput niat baik kita."

Oleh Makmun Aryadi
Baca Selengkapnya - Karya Dalam Hidup

Kadar Berpikir

Kata Bijak,
 
"Setiap Individu Mempunyai Kadar Olah Pikir Yang Berbeda-Beda, Sedalam Apapun Analisanya Pastinya Terdapat Titik Kesalahan Menyertainya. Maka Dewasa-lah."


Rasionalisasi-nya:

"Sebagai manusia, kita diberi akal dan pikiran yang tidak jauh berbeda dengan manusia yang lainnya. Akan tetapi ketajaman analisa dan mengamati sesuatu oleh setiap individu berbeda-beda tergantung sejauhmana dia menikmati kehidupan ini. Apalagi jelas-jelas dalam agama tersirat bahwa manusia adalah tempat-nya salah dan dosa, maka dari itu dewasa-lah dalam menilai seseorang, baik dari ucapan, perbuatan dan prinsipnya, karena kualitas dan kapasitas tidak hanya cukup dilihat dari penampilan luar-nya saja."

Oleh Makmun Aryadi
Baca Selengkapnya - Kadar Berpikir

Pertanyaan Manusia

Tiga Hal Pertanyaan Manusia
Oleh: Makmun Aryadi

Sebuah judul artikel yang menggambarkan suasana menjenuhkan karena harus dihadapkan dengan pertanyaan-pertanyaan tanpa kejelasan prolog yang mendasarinya. Kegelisahan yang seringkali dialami manusia bukanlah suatu hal yang wajar, akan tetapi suatu hal yang tidak pernah disadari oleh manusia ini sendiri.

Ary Ginanjar Agustian[1] dalam kesempatan menyampaikan paparan materinya mengatakan bahwa “Otak besar manusia menyimpan tiga pertanyaan besar, yang dimana, ketika pertanyaan ini tidak terjawab, maka manusia akan mengalami stress yang luar biasa dan berkepanjangan. Ketiga pertanyaan itu kalau diurai satu persatu adalah Siapa Aku?, Dimana Aku? Dan Akan Kemana Aku?”.

Tiga pertanyaan itulah yang mendasari kegelisahan dalam perjalanan hidup setiap insan. Yang pertama (Siapa Aku?), sebagai example, Pencarian jatidiri menjadi salah satu tendensi kenapa manusia itu harus bersosial?. Manusia akan kehilangan arah bahkan tujuan hidupnya dikarenakan belum menemukan jatidirinya.
 
Kedua, jawaban atas Dimana Aku? menunjukkan bahwasannya hal ini sarat akan kemajemukkan sosial, tensi psikologi dan perasaan yang bercampur mengupayakan pembentukkan karakter setiap individu. Dimana dia tinggal, disitulah dia membentuk karakter, pencitraan diri bahkan sampai pada kapasitas diri.

Ketiga,  komentar mengenai Akan Kemana Aku?. Ada sebuah anekdot yang sering diperbincangkan oleh orang-orang barat[2], suatu ketika Robert Aisten bertanya kepada tuhan. Aisten bertanya; “Kenapa Kau ciptakan alam?”, tuhan menjawab “karena Aku ingin memperlihatkan betapa dashyatnya ilmu pengetahuan”. Lalu Aisten bertanya lagi; “Dan mengapa Engkau ciptakan alam?”, dan tuhan menjawab lagi; “Karena Aku ingin memperlihatkan betapa indahnya berinteraksi denganku”.

Dalam anekdot di atas mengandung makna; bahwa pertanyaan pertama memberi pengertian tentang ilmu pengetahuan dan dunia intelektual yang lainnya. Sedang pertanyaan yang kedua memberi pengertian tentang spiritual manusia yang harus dipenuhi juga. Kedua sisi tersebut memanglah harus dipenuhi secara seimbang oleh setiap manusia, karena jikalau tidak seimbang maka manusia tersebut akan menjadi labil dalam setiap aktifitasnya, baik cara berpikir maupun bertingkah-laku.[a]

-----------------------
[1] Seorang Corporate Consultant Culture, dalam Leaders With Characters, (Agustus 2012) salah satu acara di Televisi Swasta Nasional.
[2] Ibid.
Baca Selengkapnya - Pertanyaan Manusia

Sabtu, 01 September 2012

Citra Pimpinan Bangsa Ing Dalem Pustaka Jawa

Oleh: Makmun Aryadi*

Bangsa Indonesia lagi ngongsa-ngongsane luru pimimpinan ingkang bijak, ngabekti kaliyan rakyat lan ngerakyat. Gagragan kepemimpinan bangsa ingkang dipun arep-arep dining rakyat wonten ing serat-seratan kuno khususipun pustaka Jawa. Gagragan kepemimpinan bangsa karangkum ing dalem jinise carita, kayata Ramayana, Babad Baratayuda, Babad Majapahit, Pararaton, lan serat-serat piwulang (Wulang Reh, Wulangpraja, Ajipamasa, Panitisastra, Slokantara) lan lintu-lintunipun. menyajikan berbagai konsep citra pemimpin bangsa. Ramayana, menggelar ajaran Astabrata, Babad Bharata nudhuhaken pelakon pimpinan ingkang luhur, Parikesit putra Abimanyu, asuhan ki lurah Semar, dewa ingkang ngejawantah lan ngerakyat. Babad Majapahit lan Pararaton menehi pituladan kepemimpinan raja-raja Singasari lan Majapahit, ing dalem asuhane Nayagenggong lan Sabdapalon, uga binantune Patih Gajah Mada wonten ing nyatuake Nusantara, kaliyan Sumpah Palapa.

Ramayana anggelar peperangan antarane Prabu Rama kaliyan Rahwana Buta. Ing dalem pungkasane carita dipun jlentrehake gagragan kepemimpinan, wonten ing dalem wasiate Rama maring  Gunawan Wibisana, calon raja Langka, ba’da kapundute Rahwana. Wibisana pedot gegayutan ningali kaluargi agunge pating kesungkur mati wonten ing peperangan. Piyambake dhewekan ora ana kanca. Ningali pelakon kados mekaten, Rama menehi wejangan Astabrata, sekapur darmaning ratu gung binathara, kanggo anjegherake semangate. Asta artine “wolu”, brata artine “tapa utawa kewajiban”. Astabrata dipun maknani “kewajiban piyantun pimimpinan ingkang bijak ing dalem ngadhepi rakyat ingkng akeh adate. Ing dalem irah-irahan liya, Rama menehi wejangan kangge Bharata, ingkang dipun wastani Sastracetha. Wonten ing dalem Babad Bharatayudha Kresna menehi wejangan awujud Bhagawatgita kangge Arjuna, kanggo anjegherake semangate arikalane piyambake pedhot gegayutan kangge nglampahake kewajiban dados satriya, ingkang kedah mbela kebechikan. Panitisastra lan Slokantara nglambangake sesangkutan antaranipun pimimpinan lan rakyat paribasan singa lan rimba utawa iwak lan banyu sarta karo-karone dipun pisahake, ora pantes thakur-thakuran lan sami mbetahake.

Astabrata cocok diagem kangge dasare ngabektine pimimpinan bangsa. Tiyang Jawa anduweni anggepan bilih ratu (pimimpinan) punika titisan Wisnu. Piyambake ngayomi sedaya golongan tanpa mblijeti wulu, sedaya dipun rumati padha. Ing dalem piyambakipun pimimpinan  dipun rasuki dening 8 dewa; Betara Indra, Yama, Surya, Candra, Anila, Kuwera, Bharuna, lan Agni, piyambake njelma dados Ratu Gung Binathara Trah Andana Warih, Trahing Kusuma Rembesing Madu, piyantune anduweni kawibawan. Maksute sawijining pimimpinan kedhah nuruti:
  1. Ambeging lintang, bilih piyantune pimimpinan kedhah takwa dumateng Gusti kang maha siji, lan dados pituladan kangge kawulane, anduweni cita-cita luhur, kaliyan semboyan mamayu hayuning bawana, demi kesejahteraane dunya.
  2. Ambeging surya, bilih piyantune pimimpinan kedhah nuruti watek dewa matahari. piyantune dhawa ususe lan setya, panas ingkang ngayuwara ingdalem mangsa nthang-nthang, bisa menehi pikuatan dumateng sedaya makhluk. piyantune agawe adil, anduweni kawibawan, ngerakyat, tanpa pengarep-arep, setya maring negara lan bangsa sakdhawaning mangsa.
  3. Ambeging rembulan, bilih piyantune pimimpinan kedhah anduweni watek kados dewa rembulan. Piyambake menehi pepadhang wonten ing pepetengan. Pimimpinan kedah bisa mujudake suwanten ingkang ayem lan santosa,maringi tuminah arikalane para kawula anduweni perkawis. peraupane ingkang alus bisa menehi keayeman lan kasentosan tumrape kawula ingkang lagi karundung durja.
  4. Ambeging angin, pemimpin kedah maringi kaademan kangge umatipun. Lerkadyo lakune angin ingkang adem. Pemimpin kedah sanggup maringi wejangan tumatrap kalayan pinten-pinten masalah.
  5. Ambeging mendung. Mego ingkang tumerap ing awang-awang kados ngajrehi. Balek mego ugi maringi kasumringahan kagem makhluk. Mendung tansah maringi jawoh. Pemimpin kedah gadahi kawibawan balek mboten medeni, sahingga cukul laku ajrih asih, lan andum rizqi kalayan masyarakat.
  6. Ambeging geni, geni nggadahi watak panas. Pemimpin kedah njumenengaken keadilan, digayutaken kalayan kealanan.sinten mawon tiyange ingkang nglanggar kalayan peraturan ingkang sampun tumerap mongko kedah dipun hukum.
  7. Ambeging banyu, banyu ugi dipun lumprahaken kalayan segoro. Salah satunggale pemimpin kedah nggadaihi watak samudera artinipun mboten wonten sanes inggih puniko sabar, pinter, saget mecahaken pinten-pinten perkawis bangsa, tanggap, gampil aweh ngapuro, lan nentremake jiwo rakyat.
  8. Ambeging bumi. Bumi pertiwi niku tansah sabar, adil, pemurah lan pengasih. Bumi maringi pinten-pinten anugerah kalayan umat, ingkang rupinipuna kados cecukulan lan hayawan kangge kasejahteraan umat menungso. Keranten puniko umat manungso saget ngraosaken kasejahteraan.
Astabrata sifatipun umum, biso dipun terapaken ten pundi mawon. Bileh dipun jumenengaken mongko ndonyo puniko saget aman lan ugi dame. Sanggup nopo mboten poro pemimpin jalanaken perkawis ingkang kados puniko, demi ndadosaken tata titi tentrem kerta raharja, lan mamayu hayuning bawana (menjaga ketertiban dunia) sanes guneman mawon.

Dharma Piyantune Pimpinan

Serat Pamarayoga, karya R. Ng, Ranggawarsita maringi pitedah ratu, nyepeng pemerintahan kanti utusan Hyang Agung. Puniko dipun lindungi kalayan tri loka buwana, pinandhita, bathara lan satriya. Pemimpin kedah nggadai wawasan ingkang jembar, anggadai ilmu kanuragan, kadigdayan lan kawicaksanan. Labetipun poro pemimpin puniko dharma (kewajiban) ingkang abot sanget, puniko kabagi dados 8 hal, antawisipun: (1) Hanguripi, pemimpin kedah saget maringi perlindungan kalayan rakyat, ngormati lan jogo katentreman, ingkang nyocoki kalayan undang-undang, sehinggo cukul roso percoyo kalayan awake, supados saget tercipta kehidupan ingkang layak. (2) Hangrungkebi, pemimpin kedah wantun angorbanaken jiwo, rogo lan bondo kangge kasejahteraan bangsa. Mukti wibawa puniko abdi masyarakat ingkang dados tanggung jawab ingkang kedah dipun cepeng. Ngumpulaken doyo kangge jogo masyarakat kanti sasanti nyuwiji kita kukuh udar kita ambruk. (3) Hangruwat, artosipun mbrantas pinten-pinten masalah ingkang ngaling-ngalingi lampahipun pemerintahan supadoso saget tentrem, sorahipun nyudo kemlaratan, bantu tiyang ingkang sami cacat, maringi pendidikan ketrampilan kalayan pemudo-pemudo, jumenengaken ketakwaan, kanti pengarep amprih ampunan, ngresiaken awak, supados Tuhan maringi gampil ingdalem pundi-pundi perkawis. (4) Hanata, artosipun ’noto’ poro pemimpin kedah mahami falsafah njunjung drajating praja, gegayutan kalayan konsep ’nata lan mbangun praja’, jumenengaken kedisiplinan, kejujuran, lan setia (loyal), demi kesejahteraan rakyat, kanti sasanti ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tutwuri handayani, menehaken sorah, nguripaken semangat nyambbutdamel lan berwibawa ing ngajengipun rakyat, puniko nggadai pengaruh dilansir ing ndalem kepemimpinan Pancasila. Rakyat puniko diparingi kasempatan kangge manfaataken alam negara, sami kados amanat UUD 45. (5) Hamengkoni, ’memberi bingkai’, supadoso persatuan lan kesatuan bangsa tetep kajogo. Pemerintah maringi kemerdekaan (kebebasan ingkang dipun watesi), kangge rakyat supadoso berusaha manfaataken nopo ingkang wonten ing negeri, lan jalin kerjasama kalayan negoro sanes tanpo intervensi. (6) Hangayomi, ayom artosipun ’lindung’, ’teduh’. Hangayomi artosipun maringi pengayoman kagem rakyat, supados ngraosaken aman, bebas anggenipun pados nafkah ingdalem kuwoso dzat kang murbeng dumadi. Kangge jagi kawibawan bangsa pemimpin wajib ngayomi rakyat. (7) Hangurubi, ngurepaken semangat nyambodamel kaleh rakyat, kangge kasejahteraan. Rakyat anggadahi kekarepan yen kasejahteraan niku katurutan, nyepeng budi ingkang adil, jujur lan setia mbelo kaleresan. Roso asih lan asuh dipun sarengaken ingdalem srawung kalayan masyarakat supados kawujud kasejahteraan, tetep cekelan kalayan sabda pandhita ratu. Yen pemimpin niku kedah saget netepi nopo ingkang dipun ucapaken. (8) Hamemayu, njagi katenteraman negoro, kanti kaselarasan lan kaharmonisan ingkang dipun landsi kalayan sifat percoyo lan nagdohaken sangking sifat curigo, kangge mbenahi tatanan pemerintahan.

Sri Ajipamasa, arikolo ajeng lereh kaprabon, maringi wejangan kalayan putranipun bileh rojo kedah nyepeng Pancapratama, tegesipun: (1) mulad, pemimpin kedah waspodo waspada lan ati-ati kalayan punggawa (2) amilala, nglindungi lan nglayani, maringi hadiah kalayan punggawa ingkang setia, loyal lan berjasa. (3) amiluta, mendet atinipun punggawa lan rakyat, kanti pengarep saget maringi katenangan jiwa. (4) miladarma, bileh pemimpin puniko kedah bijak, sahinggo mboten wonten ingkang dipun rugiaken, kangge kasejahteraan alam ndonyo, utawi mamayu hayuning bawana, lan (5), parimarma, artosipun welas asih, sabar lan pangapuro.

Ingkang kados ten nginggil puniko menawi dipun lampahaken insya-Allah negoro saget tentrem lan ayem. Kejawi niku dipun tuturaken bileh pemimpin kedah ngamalaken pancaguna, kangge jagi kasejahteraan negoro sak isi nipun, kalayan ilat, ulat, ulah, asih lan asuh. Ilat artosipun jagi pangucap, ulat nuduhaken kengayogya lan merhatosaken budi kaliyan poro punggawa. Ulah puniko tingkah laku ingkang pantes tinulat (diteladiani). Sebab pemimpin puniko dados koco benggolo kangge rakyat ingkang ngarepaken ratu ingkang adil, ingkang kasimpen ing ndalem pudhak sinumpet (kuncup bunga pandan). Asih nggadahi arti “ngremeni”. Pemimpin kedah asih santana, punggawa lan kawula. Menawi asuh, bileh pemimpin puniko kedah ’ngemong’, rakyat puniko kedah dipun layani ingkang sami mban cindhe mban siladan.

Amanah lan Tanggung Jawab

Ing ndalem islam sampun dipun aturaken yen pimpinan puniko kedah amanah, printah ingkang mulia lan kedah dilaksanaaken kanti tanggung jawab. Serat Wulang Reh Pupuh III. 4-8. Karya nipun Sri Pakubuwana IV, dianjuraken bileh pemimpin mboten angsal anggadahi sifat adigang, adigung, adiguna, sapa sira sapa ingsun. Adigang puniko ’kijang’ adigung ’gajah’ lan adiguna ’ula’ katigo nipun penjah sareng ing ndalem peperangan kanti alasan bileh katigo nipun sami-sami gumedhe. Pemimpin ingkang nebihi sifat aji mumpung, mumpung kuwasa, tumindak nistha, kados Ranggawarsita ing ndalem Serat Sabdatama, bait 12 ...., begjane ula dahuru, cangkem silite nyaplok, (13) ndhungkari gunung-gunung, kang geneng- geneng padha jugrug, parandene tan ana kang naggulangi, wedi kelamun sinembur, upase lir wedang umob.

Pimpinan ampun dipun cepengaken kalayan tiyang ingkang mboten purun, kados aji mumpung. Sifat aji mumpung bertentangan kalayan dharma pemimpin. Pemimpin kedah rendah ati, bijak, adil lan nggadahi budi bawa leksana. Puniko dipun tuturaken Ranggawarsita dalam Serat Witaradya, bileh rojo, watak narendra gung binathara, mbaudhendha hanyakrawati, kutipan nipun:

Dene utamaning nata, berbudi bawa laksana, lire ber budi mangkana, lila legawa ing driya, hanggung hanggeganjar saben dina, lire kang bawa laksana, hanetepi ing pangandika.

Pemimpin nyepeng ingkang saestu janji nipun ingkang sampun dipun tuturaken. Janji puniko piutang, ingkang wajib dipun saur. Sabda pandhita ratu salah satunggalipun falsafah Jawa lan konsep pengejawantahan janji puniko piutang, ingkang dipun lampahi kalayan ajining awak soko obahing lathi ajining sarira soko busana, aja waton omong nanging omonga nganggo wawaton, ilat ora ana balunge, esuk dhele sore tempe, mencla-mencle, sanes sikap pemimpin, inggih puniko konsep kedek anggenipun nutur lan katah anggenipun nyambodamel ingkang prayoginipun dipun cepeng ingkang wigati. Poro pemimpin dipun percoyo dining rakyat. Mangsulaken kapercayaan ingkang ical puniko luweh angel sangking mbangunipun.

Filsafat Jawa nuturaken bileh drajat, pangkat lan semat bisa oncat. Puniko dados bahan pertimbangan kagem poro pemimpin. Ing donyo puniko mboten wonten ingkang langgeng. Sedoyo puniko namung sementara mawon, lerkadyo kilat ingkang nyamber kang tanpo wekas. Rikolo njabat poro pemimpin puniko dihormati lan terhormat, pergantosan tumibo, pemimpin dipun hujat lan dicelo, konco utawi punokawan kados mboten tepang. Poro pemimpin dipun supeaken. Ironis. Padahal kito ngertos bileh mboten wonten tiang ingkang sampurno.

Wonten sisi ingkang sae lan sisi ingkang awon. Saksampunipun tibo kesaenan katutupi kalayan kekurangan. Pengalaman Prapanca penggubah Nagarakertagama dipun aturaken ingdalem Nirartaprakerta, mongso pemerintahan Hayam Wuruk njabat dados bhiksu pemuka agama Bhuda lan adyaksa (jaksa) mbuktiaken. Saksampunipun rampung tugas puniko tiyangipun nyepi ing Swecchapura, lembah Sungai Brantas. Tebeh sangking konco sak perjuangan lan sepengabdian. Konso puniko sami ngadoh. Nyepi puniko dipun manfaataken kangge ngrubah Nirartaprakerta, kagem kompensasi. Kompensasi puniko sae, sebab tiyangipun mboten putus asa, mboten larut ing ndalem kasuwijenan. Nir artha ’miskin tak berharta’ ajining rogo tansah ical sesarengan kaliyan paripurno jabatan ingkang dipun asto. Anging tetapi tiyang puniko nggadahi iman ingkang kuat. Tiyangipun nyedak marang dzat kang mubeng dumadi. Tiyangipun sadar bileh tiyangipun bade wangsunl ing ngarsanipun Pangeran. Bileh kaabadian lan kelanggengan puniko gadahanipun Gusti, ingkang nggadahi alam semesta, penentu sedanten.

Dharma pemimpin ingkang bijak kados ingkang dipun jlentrekaken ing astabrata, Ramayana lan citra pemimpin bangsa ing ndalem Serat Pamarayoga, sayogyanipun didadosaken cekelan, kangge mencapai kasejahteraan rakyat. Puniko saget nopang kepemimpinan bongso ingkang multikultural. Pemimpin bangsa ingkang bijak dibutuhaken kangge nguataken persatuan lan kesatuan bangsa ingkang dipun dukung kalayan UUD 45, sumber sedanten hukum ing Indonesia, sasanti Bhinneka Tunggal Ika ing ndalem cengkeraman burung garuda putra bhagawan Kasyapa ing ndalem kitab Adiparwa. Garuda dados wahana dewa Wisnu, dewa pengayom alam semesta ingkang njelmo ing ndalem rogo pemimpin bangsa.

Dipun sarengi kalayan dasar negara Pancasila, ing ndalem kekuasaan pataka sang saka merah putih, puniko lambang kauripan jelmaan lingga lan yoni ing Nusantara ingkang mahardika, dirajut ing ndalem Sutasoma. Tan Tular maringi wejangan kalayan bongso pancasila gÄ•gÄ•n den teki haywa lupa, bileh ’pancasila kedah dipun cepeng ingkang saestu, ampun ditilar’. Pancasila, Bhinneka tunggal ika lan mahardika, pataka sang saka pangringset NKRI ing ndalem manikam khatulistiwa.

Pemimpin bangsa sampun dipun pileh, sangking pileg lan pilpres. Sinten mawon inggih puniko pilihan bangsa. Panggenan nggantungaken kekarepan lan masa depan ingkang luweh sae ing bumi kang gemah ripah loh jinawi, subur kang sarwa tinandur, murah kang sarwa tinumbas, tata titi tentrem kerta raharja, artosipun murah sandang pangan seger kuwarasan, mboten slogan mawon. Mutiara kata puniko kedah dipun lestariaken deneng tiyang ingkang nyepeng amanat, kangge perwujudan negeri Amarta ingkang dipun dendangkan ki dalang ing ndalem pawayang. Mboten sakdermo impen, kanti manfaataken potensi alam anugerah Dzat kang murbeng dumadi. ingkang mbentang sak tebehipun khatulistiwa, ing ndalem rupo utawi wujut hutan utawi alas, gunung, segoro lan kali, simpenang ingkang mboten saget dipun etang-etang. Sedanten dipun manfaataken kangge kasejahteraan rakyat. Rakyat puniko kedah saiyeg saekapraya mbangun bangsa. Eksekutif, legislatif dan yudikatif nggadahi tugas mbangun negara dan bangsa. Pemimpin nggadahi tanggung jawab ingkang abot sanget. Kasejahteraan rakyat mboten saget dipun wakilaken, ananging dipun nyataaken. Yen wakil rakyat puniko sejahtera mboten berarti rakyat ugi ngraosaken.

Ekonomi kerakyatan mboten namung janji. Rakyat cilek mboten nuntut ingkang katah. Kabutuhannipun ugi sederhana. Ingging puniko sandang pangan kacukupi, kesehatan kajogo, lan nyekolahaken anak kangge masa depan calon pemimpin bangsa. Kebutuhan punikolah ingkang kedah dipun perhatosaken dening pemerintah. Salah satunggalipun solusi inggih puniko kalayan nyiptaaken lapangan kerjo. Supados gepeng, pengamen, pengasong ing radosan mboten ganggu kaamanan lan kenyamanan. Ungkapan udan emas ing negeri orang luweh sae udan watu ing negeri nipun piyambak mpun ical. suket tonggo katok luweh ijo. Rakyat sami berbondong-bondong ing negeri sanes kangge ngudi naseb. Ingkang untung pikantuk arto sanes ingkang mboten untung wonteng ingkang wangsul kantun asmanipun mawon, dados jenazah, amergo pikantuk siksaan sangking majikanipun. Nopo cekap tiyang kala wau nyepeng jejulug pahlawan devisa?.

Ing ndalem NagarakeÅ—tagama dipun jlentreaken bileh Hayam Wuruk, saben tahun anjangsana ningali kanti langsung suasana pedesaan membaur kembul bujana lan komunikasi kalayan rakyat, sesarengan kalayan mbagi sedekah. Dados raja tiyangipun sanget cedak kalayan rakyat lan merakyat. Mboten wonten jarak utawi skat kalayan rojo lan rakyat. Rakyat ngraosaken dipun perhatikan. Rakyat nyembahaken pinten-pinten hasil bumi, kangge roso hormat lan ungkapan rasa sembah sinuwun lan ajrih asih. Kanti mekaten rasa asih lan asuh kacipto antaranipun pemimpin kalayan ingkang dipun pimpin. lerkadyo ikan lan air, singa lan hutan, utawi tegal lan rumput, manunggal ingkang saling mbetahaken kados ingkang dipun tuturaken ing ndalem Serat Panittisastra.

Masyarakat Jawi percados bileh wahyu kaprabon, ing ndalem rogo pemimpin teseh wonten. Asal pemimpin taseh sanggup maringi pangayoman. Pemimpin kedah waspada. Sebab antaranipun punggawa wonten ingkang mbalela, sengaja khianat demi jabatan ingkang dipun karepaken. Kangge masyarakat konsep ratu adil, wahyu lan pulung puniko trilogi ing ndalem demokrasi. Kangge pikantuk pulung atau wahyu, mbetahaken laku, kanti mesu budi utawi mesu brata, nyuwun kalayan Hyang Agung kanti lantaran siam utawi topo. Wahyu puniko jelmaan suworo Gusti ing ndalem suworo umat menungso ingkang dipun percoyo sanggup nampi. Benten trilogi ingkang dipun anut kraton Mangkunagaran, melu handarbeni, wajib hangrukebi, mulat sarira munggengwani. Bileh pemimpin kedah ngraos nduweni, mbela kaleresan lan ngati-ngati awak ipun. Purun ngakui keluputan pribadi tanpo nyalahaken tiyang sanes.[S]

*Makmun Aryadi
Mahasiswa Fakultas Syari’ah
Semester VII INISNU Jepara
Baca Selengkapnya - Citra Pimpinan Bangsa Ing Dalem Pustaka Jawa

Oemar Bakrie

Kegigihanmu mentransfer aji
Membuat kami semakin mengerti
Apa arti hidup yang sejenak ini
Karna engkau Dosenku malang,

Simpulan-simpulan memahamkan
Stigma-stigma padat meluruskan
Warna pendapat kau cairkan
Karena engkau Dosenku malang

Regulasi tak berpihak menyekat
Teknis-teknis ilusi menerkam
Buat kau tunduk pada hal yang kau benci
Karena kau Dosenku malang

Tunjukkan Oemar Bakriemu
Tunjukkan Sudiro Husodomu
Kalau perlu, datangkan Bung Karnamu
Agar mereka tau, engkau tak seperti itu.



Karya Makmun Aryadi
Baca Selengkapnya - Oemar Bakrie

Limited Edition

Kau datang padaku
Dengan sejuta gaya dan rayu,
Tapi ma’af, cintaku bukan untukmu

Kau mendekat, terang bagai lilin
Bersolek dengan tampilan maskulin
Tapi ma’af, hatiku limited edition

Kau terbang dengan panah asmara
Membombadir dengan sejuta rasa
Tapi ma’af, itu sudah hal biasa

Kau pikat aku dengan pelet
Kau kebumikan aku sampai lengket
Tapi, tetap ma’af , low gue PREET…


Karya : Makmun Aryadi
Baca Selengkapnya - Limited Edition

Nekat Sebongkah

Ku teringat semua lakuku
Perjalanan panjang melahap asaku
Terus tertatih, mencari setitik ilmu
Ilmu kebajikan tanpa tabu

Mula,,
Tanpa harap, aku berjalan
Terjang kegetiran, dan kepiluan
Kejamnya hidup membuat alasan
Tak bisa kutolak, tak bisa kutelan

Lalu,,
Sebersit ego buatku melangkah
Meraba diri, ini cita mampukah?
Tanpa formalitas, bisakah?
Hanya modal nekat sebongkah

Syukurku,,
Kini pikiran semakin kukuh
Semangatku kian angkuh
Melawan terpaan coba dan riuh
Tanpa peduli, disini niatku telah utuh..


Karya : Makmun Aryadi
Baca Selengkapnya - Nekat Sebongkah

Sekarat

Dalam sudut retinaku,
Kulihat kenyataan hal semu,
Menguai bersama angin lalu,
Dalam sekejap menjadi tabu..
Artikulasi kebijakan atas dasar saku
Menimbun mulia yang tiada kelu,

Wahai kau diktator,,,,,
Jangan kau buat sutra putihmu kotor
Dengan pikiran yang harus didonor

Wahai penghisap keringat rakyat,,
Benturkan kepalamu dengan rintihan rakyat,

Agar nalurimu tidak sekarat
Agar hatimu menjadi berat
Agar pikiranmu tidak tersekat
Melihat rakyat yang melarat.

Karya Makmun Aryadi
Baca Selengkapnya - Sekarat

Tanpa Cinta

Kini…..
Suasana SMA tinggal kenangan
Perihal yang dulu  pernah kita rasakan
Begitu indah kini tinggal sapaan
Keusilan, canda tawa dan gengsi tinggal jadi buaian
Cinta monyet juga tinggal di angan….

Sekarang….
Hidupku, kucurahkan
Waktuku kupasungkan
Demi ilmu, bekal masa depan
Akademik menuntun karakter pilihan

Transisi….
Perubahan terjadi begitu cepat
Waktuku begitu mengkilat
Seakan duniaku melambat
Arus global memaksa keyakinanku untuk kuat

Kurajut secerca asaku
Kupunguti impian-impianku
Kucurahkan kegelisahanku
Kutuangkan dalam torehan penaku…

Walau tanpa cinta
Walau tanpa harta
Walau tanpa kemuliaan rupa
Kutundukkan mukaku
Tuk coba meraih harapan
Orang-orang yang selalu mendukungku


Karya : Makmun Aryadi
Baca Selengkapnya - Tanpa Cinta

Rabu, 29 Agustus 2012

Falsafah: Ayam-pun Tahu Diri

Ayam-pun Tahu Diri
Oleh; Makmun Aryadi*

Tangio esuk-esuk, ojo nganti kedhisik’an pitik, pitik wae srengenge durung katon, wis podho bebeg golek pakan, Sebuah filosofi yang tidak asing bagi umumnya orang jawa khususnya warga Pati (tempat kelahiran penulis) yang dalam bahasa Indonesianya, “Bangunlah pagi-pagi, jangan sampai keduluan ayam, ayam saja matahari belum muncul sudah sibuk mencari makan”.

Falsafah ringan tersebut mempunyai arti, bahwa “selagi orang itu hidup harus berjuang keras, ulet, memanfaatkan waktu dengan baik dan pantang putus asa”. Waktu adalah catatan sejarah yang berjalan tanpa ada spasi, koma bahkan titik sekalipun dan merupakan interval di antara dua hal keadaan/ kejadian .

Sesuai definisinya, kalau kita membuat waktu itu nyaman, maka hasilnya juga akan berbalik demikian, semakin kita inten terhadap waktu, semakin membanggakan pula hasil yang kita dapati. Sejarah telah membuktikan di waktu enjurytime 3 menit saja timnas italia mampu melesakkan 3 gol ke gawang lawan kala Piala Dunia 2002 di Korea, kita juga tidak melupakan bahwa 2 X 45 menit fulltime italia habis-habisan membangun serangan.

Thomas Alfa Edison juga demikian, jikalau pada penelitiannya yang ke 1999 dia lelah dan berhenti, maka hari ini kita tidak akan menikmati terangnya lampu pijar. Karena dalam sejarah mengatakan keberhasilan penelitian Thomas pada penelitian ke 2000 kalinya.

Ini memberi pemahaman kepada kita bahwa, sesingkat apapun waktu yang kita punya, disitulah saatnya kita berkarya, menuangkan semua gagasan yang kita punya, jikalau kita tidak bisa melakukan hal itu, pastinya waktulah yang akan meninggalkan kita tanpa pamit.[A]

*Penulis adalah Pimpinan Umum LPM Bursa.Periode 2011-2012
Baca Selengkapnya - Falsafah: Ayam-pun Tahu Diri