Selamat Datang dan Terima Kasih Telah Berkunjung di Blog Rekam Jejak Kawula, berisikan muatan kisah dan gagasan dari pribadi saya, Makmun Aryadi
  • Launching Majalah SHIMA Edisi XI, Juni 2012
  • Launching Majalah SHIMA Edisi XI, Juni 2012
  • Launching secara simbolik Majalah SHIMA Edisi XI, Juni 2012 oleh Mayadina Rahma Mushfiroh, S.Hi., MA. (Pembantu Dekan III)dengan Makmun Aryadi(Pimpinan Umum Bursa 2011-2012)
  • Institut Islam Nahdlatul Ulama (INISNU) adalah kampus tertua di Jepara. Berdiri sejak 1989 M
  • Makmun Aryadi
  • Ngobrol bersama Hubeb Muhajir (PU LPM Paradigma Kudus 2011-2012 dan M. Iqbal Arifin)
  • Berjabat tangan dengan Dedi Merisa, S.Hi, Pimpinan Redaksi LPM Bursa 2006-2007
  • ngobrol dengan Hasyim, S.Pd (Kaur DISNAKERTRANS Jepara)
  • Berjabat tangan dengan M. Ali Burhan (PU LPM Bursa 2006-2008)
  • Launching SHIMA Edisi X, Januari 2012 secara simbolik oleh Drs. KH. A. Bahrowi, TM., M.Ag
  • Di sela-sela kepadatan Lay out, santai dulu
  • Potong Tumpeng sebagai simbol di launchingnya SHIMA Edisi X, Januari 2012
  • Menengadah, yakin bahwa sukses itu pasti datang

Senin, 24 Desember 2012

Kuatkan Spiritual Melalui Pelatihan Basis Aswaja

Kembang- Setelah beberapa kali pertemuan, FKPT (Forum Komisariat Pantura Timur) Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia memupuk spiritual para kadernya dengan mengadakan Pelatihan Basis.

Nur Sahrul, Ketua Panitia memberikan sambutan dalam Pelatihan Basis Aswaja, di Kembang, Jepara kemarin.

FKPT yang merupakan sebuah forum koordinasi pengurus komisariat-komisariat dari 7 kabupaten di wilayah pantai utara Jawa Tengah sebelah timur yang meliputi Jepara, Kudus, Demak, Grobogan, Pati, Rembang dan Blora mengadakan Pelatihan Basis Aswaja sejak kemarin (23/12) di gedung MWC NU Kembang Jepara, sebagai hasil rekomendasi pada pertemuan yang terakhir kali di gedung muslimat NU Tanjung Kudus beberapa bulan yang lalu.

Pelatihan basis ini sedikit berbeda dengan pelatihan-pelatihan basis sebelumnya, kali ini lebih menekankan pada aspek spiritual, yakni ahlus sunnah wal jama’ah (Aswaja) yang merupakan salah satu unsur ideologi yang diusung PMII ini sendiri.

Tidak tanggung-tanggung, pemateri yang dihadirkan dalam pelatihan ini adalah tokoh-tokoh yang punya cappable dalam mengajak para kader PMII lebih memahami Aswaja dalam kerangka pikir dan pengaplikasiannya. Aswaja bukanlah hanya dalam teori belaka, tetapi harus diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Sebagaimana penuturan Nur Sahrul, Ketua Panitia “Pelatihan ini, FKPT adakan sebagai jawaban atas analisa kami terhadap perkembangan karakter kader. Diakui atau tidak, arus globalisasi dan dunia modern semakin menggerus dan meracuni karakter dan perilaku remaja sekarang, tak terkecuali kader PMII disini. Maka dari itu, agenda ini sebagai stabilizer-nya”.

Pelatihan yang mengusung tema “Membumikan Basis Aswaja dengan Dzikir, Fikir dan Amal Shaleh” ini diikuti puluhan peserta delegasi dari kota-kota di pantura timur. Konsep yang ditawarkan FKPT pada pelatihan basis ini merupakan inovasi baru untuk lebih menunjang dan memenuhi kebutuhan kader dan masyarakatnya. Sisi spiritual di kalangan remaja sekarang ini, menjadi hal yang tidak asyik lagi untuk dipelajari, apalagi ditekuni. Kerinduan akan masyarakat yang religius, perilaku yang toleris, sosial yang harmonis menjadi point penting yang harus segera dipenuhi oleh setiap elemen masyarakat yang mengidam-idamkan baldatun thayyibatun.

Membekali para kader dengan pemahaman substansi Aswaja adalah hal mutlak yang harus kami lakukan, sebagai warga pergerakan nahdliyyin juga aktifis kampus, agar kaum muda tidak menjadi budak kapitalis dan borjuis” tambah Nur Sahrul.

Selama 4 hari peserta Pelatihan digembleng dengan rumusan-rumusan ke-aswajaan berikut supremasinya, sebagai bekal mereka mengawal masyarakatnya nanti, masyarakat humanis dan peka terhadap masalah yang muncul di sekitarnya.[]


Penulis        : Makmun Aryadi
                    Koordinator Biro Pers dan Jurnalistik
                    PMII Komisariat Ratu Kalinyamat Jepara

Mobile        : +62 8564 0988 491
Email          : aryoardhi24@gmail.com   

Baca Selengkapnya - Kuatkan Spiritual Melalui Pelatihan Basis Aswaja

Sabtu, 22 Desember 2012

FKPT Ke VI Rumuskan Basis

FKPT Ke VI Rumuskan Basis

Tanjung - Dalam pertemuan FKPT (Forum Komisariat Pantura Timur) Ke VI di Jati Karang Tanjung Kudus kemarin (4-5/11) sebagai lanjutan dari gagasan pada pertemuan di Cepu sebelumnya merumuskan Pelatihan Basis.

Forum Komisariat (FORKOM) Pantura Timur kembali mengadakan pertemuan, tepatnya PMII Komisariat Sunan Kudus STAIN Kudus sebagai tuan rumah penyelenggara. Forum ini semula didirikan bersama sebagai jawaban atas kegelisahan koordinasi komisariat-komisariat di jawa tengah, lebih-lebih  Ex-Karesidenan Pati. Forum ini diharapkan mampu merekatkan hubungan masing-masing komisariat, tukar informasi dan membahas langkah-langkah, mulai dari sistem pengkaderan, internal komisariat sampai pada masalah eksternal.

Dalam acara yang dimulai pukul 20.00-2.00 WIB di Kudus kemarin, setelah di Demak, Blora, Grobogan, Pati dan Cepu, berhasil merumuskan beberapa item kesepakatan bersama, berupa:

1.    Penguatan koordinasi antar Komisariat,
2.    Merekatkan hubungan antar Komisariat di masing-masing kota dan khususnya forum ini,
3.    Merumuskan Pelatihan Basis sebagai hasil rekomendasi dari FORKOM V di Cepu.

Setelah merumuskan beberapa item tersebut, selanjutnya pembahasan difokuskan pada konsepsi pelatihan basis. Dalam forum yang dipimpin sahabat Sidiq (Ketua Komisariat Sunan Kudus)  selaku tuan rumah memilih Jepara sebagai tuan rumah pelatihan kader mu’taqid ini.

“Pelatihan basis yang akan dilaksanakan di Jepara nanti mencoba mengangkat nuansa baru, yakni penguatan pada sisi religiuitas (Aswaja-red) sebagai upaya penguatan spiritual dari masalah klasik yang menjadi kebutuhan kader-kader PMII di pantura timur dan lebih cocok ketika dinamakan Pelatihan Basis ala Pantura Timur (dalam hal ini Jepara - red)” kata Muhlisin Ketua PMII Komisariat Ratu Kalinyamat INISNU Jepara.

“Sebelum ini, pelatihan basis yang diadakan lebih menekankan pada penguatan sisi ideologi seperti yang sering dilaksanakan oleh komisariat-komisariat di cilacap, yogyakarta dan sekitarnya. Maka terkesan aneh pelatihan nanti” tambah Otong – sapaan Muhlisin-.

Terobosan Baru

Sebagai hasil ijtihad, pelatihan yang akan memuat materi-materi Aswaja nanti mencoba menguatkan daya spiritual kita dalam memahami PMII, public, dan sosial kemasyarakatan. Pemateri-pemateri yang akan dihadirkan sebagai pemandu juga minimal lulusan S2 dan berkompenten pada bidang ini. Juga moderator dan pandampingnya – dalam rencana – minimal dari S1. Dari sisi peserta, lulus PKD adalah prioritas dan masing-masing komisariat mengirimkan 5 delegasi.

Hal ini menjadi bukti kesungguh-sungguhan komisariat-komisariat pantura timur dalam mengelola kaderisasinya. Adapun tanggal dan waktunya segera akan diinformasikan menunggu hasil keputusan pada pertemuan ketua-ketua komisariat nanti di Jepara.[ar/sk]
Baca Selengkapnya - FKPT Ke VI Rumuskan Basis

Transaksi Putusan di Peradilan

Transaksi Putusan di Peradilan
Oleh: Makmun Aryadi*

Jepara sebagai Kota Ukir lekat akan dunia furniturnya, ratusan juta bahkan milyaran rupiah beredar setiap harinya di perbankan seluruh Jepara. Hal ini tidak bisa dipungkiri, jika uang adalah orientasi yang mutlak bagi sebagian besar masyarakat kota kura-kura terbesar di dunia ini. Perputaran uang ini sampai pada seluruh aspek dan sendi-sendi kehidupan masyarakat. Bahkan sampai ke wilayah arena peradilan.

Memang sering kali kita terjebak dalam orbit mainstream yang melenakan urat saraf gara-gara hanya masalah perut (uang –pen), semua hal menjadi halal untuk disantap bahkan diwariskan. Sebagai contoh nyata kasus yang diadvokasi oleh PMII Komisariat Ratu Kalinyamat dan BEM Fakultas Syari’ah INISNU Jepara, yakni kasus korban penganiayaan yang dijadikan tersangka dalam dakwaan perkaranya. Pada September – oktober 2012 di Pengadilan Negeri Jepara.

Putusan sidang tersebut akhir tetap memutuskan keringanan bagi tersangka (yang dalam hal ini, sebenarnya adalah korban - pen), walaupun JPU (Jaksa Penuntut Umum) dan 2 Pengacara ngotot memohon hakim agar tersangka dijatuhi hukuman sebesar-besarnya karena telah melanggar pasal 170 KUHP. Akan tetapi majelis hakim mencium sepak terjang dari saksi dan korban (yang dalam hal ini, sebenarnya adalah tersangka - pen) yang melakukan manipulasi data dan bukti. Alhasil tersangka dibebaskan karena tidak terbukti bersalah.

Menurut sumber W (tidak nama sebenarnya - pen), yang sejatinya pelaku telah rela menjual harta benda dan tanah senilai 40 jutaan guna memuluskan niat busuknya itu, kedua pengacara telah disumpal dengan uang tersebut untuk menuntut putusan yang seberat-beratnya. Tapi yang Allah lebih berhak atas semua hal, nyatanya walaupun telah diupayakan dengan transaksi uang, keadilan tetap berpihak pada orang yang tidak bersalah.

Menganalisa contoh  kasus nyata tersebut, kiranya kita sebagai masyarakat lebih-lebih mahasiswa yang katanya “Agent of social change” harus miris dengan nuansa money transactions, persetubuhan oknum peradilan dengan uang. Ini satu contoh kecil dari banyak contoh yang sering kita jumpai di media, banyak pejabat yang bermental korup, memulai karir dengan membayar sejumlah uang, akhir-akhir matanya berubah hijau ketika melihat uang, dan apapun tergadaikan karenanya.

Lahan-lahan basah bukan lagi hanya di area pemerintahan dan dinas-dinas, tetapi merangsek di area-area yang konon mengagungkan kejujuran dan keikhlasan, seperti peradilan dan pusat-pusat pendidikan, sekolah dan kampus pada umumnya. 

Sungguh ironis memang, inilah wajah asli negara ini, negara yang mengelu-elukan gotong-royong dan saling berbagi, tapi dimaknai dengan gotong-royong untuk kesejahteraan kroni atau keluarga dan saling berbagi dengan yang taat pada konsep bejatnya.

Pejabat yang propulis, pengacara yang memegang sumpah kejujurannya, pendidik yang ikhlas dengan pengabdiannya bahkan sampai kyai yang uzlah dan tidak gegabah dengan tawadlu’nya sudah jarang sekali untuk kita jumpai. Jikalau Presiden RI pertama Ir. Soekarno melihat bangsanya sekarang semacam ini, beliau pasti menangis tersedu-sedu, karena bangsa yang dibangun dan diimpikannya dengan pertumpahan darah, menjadi bangsa yang cinta dengan budaya korup dan anti rakyat kecil.[]

*Penulis adalah Mahasiswa semester VII Fakultas Syari’ah INISNU Jepara (kalau diakui) dan sekarang mengabdi sebagai Biro Pers dan Jurnalistik PMII Komisariat Ratu Kalinyamat INISNU Jepara.
Baca Selengkapnya - Transaksi Putusan di Peradilan